Q Seorang pelajar merupakan generasi harapan bangsa. Pelajar dapat berperan serta dalam mewujudkan cita-cita pahlawan bangsa. Partisipasi pelajar dalam mewujudkan cita-cita perjuangan pahlawan demi persatuan dan kesatuan bangsa dilakukan dengan cara
A. Pilihlah jawaban yang tepat! 1. Dalam meningkatkan rasa nasionalisme diperlukan sikap toleransi. Wujud toleransi yang dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat adalah . . . . a. Melaksanakan dan memahami ajaran agama lain b. Mengembangkan sikap fanatisme agama yang berlebihan c. Memberikan bantuan kepada orang lain tanpa agama d. Membedakan memberi kesempatan umat seagama menjalankan ibadahnya c. Menunjukkan sikap sabar antarumat seagama 2. Rasa memiliki sehingga timbul tanggung jawab untuk menjaga memelihara, dan mengembangkan bangsa dan negara merupakan pengertian dari . . . . a. Rasa kebangsaan b. Asas kebangsaan c. Paham kebangsaan d. Wawasan kebangsaan e. Semangat kebangsaan 3. Contoh sikap patriotisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah . . . . a. Memberikan harta benda karena berlebih b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa c. Harus mengenang jasa-jasa para pahlawan d. Gemar melakukan kegiatan untuk diri sendiri e. Membela kebenaran sesuai dengan tugasnya 4. Dalam hal menyaring budaya asing. Pancasila berfungsi sebagai . . . . a. Etika hidup bangsa b. Filsafat hidup bangsa c. Perjanjian luhur bangsa d. Dasar negara Indonesia e. Jiwa dan kepribadian bangsa 5. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Partisipasi peserta didik dalam mewujudkan cita-cita perjuangan pahlawan adalah . . . . a. Mengadakan peringatan hari pahlawan di sekolah b. Mempersiapkan diri sebagai tenaga ahli bidang tertentu c. Memberikan sumbangan kepada keluarga para pahlawan d. Mendoakan arwah pahlawan agar diampuni Tuhan Yang Maha Esa e. Melaksanakan kegiatan belajar dengan rajin agar menjadi orang yang berguna 6. Kesadaran berbangsa dan bemegara mulai luntur dengan munculnya berbagai tindakan, seperti kian merajalelanya korupsi dan sikap anarkis terhadap sesama manusia. Salah satu upaya untuk memulihkan kesadaran berbangsa dan bernegara adalah . . . . a. Memberikan biaya tambahan feet 10-20% dari nilai proyek b. Melakukan penindakan tegas terhadap pelaku pelunggaran c. Memberikan bingkisan dari pengusaha kepada pejabat d. Menjadi aktor intelektual penggelembungan dana c. Mempersulit pengurusan izin proyek 7. Perhatikan beberapa kepentingan berikut ini! 1. Pendidikan yang terjangkau. 2. Birokrasi melalui beberapa tahap. 3. Pelayanan kesehatan yang mudah. 4. Kebutuhan pokok yang murah. 5. Ongkos transportasi yang biayanya tinggi. Partisipasi masyarakat dalam kehidupan ber bangsa dan bernegara akan sulit muncul jika perubahan yang terjadi tidak menyentuh ke pentingan orang banyak seperti yang ditunjukkan oleh angka . . . . a. 1, 2, dan 3 b. 1, 2, dan 4 c. 1, 3, dan 4 d. 2, 3, dan 4 e. 3, 4, dan 5 8. Perhatikan sikap dan tindakan berikut ini! 1. Mengoptimalkan upaya diplomatik. 2. Perang sebagai jalan terakhir apabila cara damai tidak berhasil 3. Mengundurkan diri sebagai anggota PBB. 4. Menyusun kekuatan militer. 5. Membalas aksi pelanggaran wilayah ke negara asing. Jika ada pesawat militer negara asing melanggar wilayah udara Indonesia, sikap dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia ditunjukkan oleh angka . . . . a. 1 dan 2 b. 1 dan 3 c. 2 dan 3 d. 3 dan 4 e. 4 dan 5 9. Perhatikan pernyataan berikut ini! 1. Kesadaran akan kesamaan cita-cita dan tujuan nasional. 2. Adanya pembatasan sumber konflik. 3. Stabilitas keamanan luar negeri. 4. Perasaan kedaerahan yang berlebihan. Kondisi yang mencerminkan kesadaran ber. bangsa dan bernegara serta menjadi faktor penting dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ditunjukkan oleh angka . . . . a. 1 dan 2 b. 1 dan 3 c. 2 dan 3 d. 3 dan 4 e. 4 dan 5 10. Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda, peserta didik kelas X mengadakan acara pembagian sembako kepada warga masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. Tindakan peserta didik tersebut menunjukkan prinsip nasionalisme, yaitu . . . . a. Adil b. Politis c. Ekonomis d. Demokratis e. Persatuan dan kesatuan B. Kerjakan soal-soal berikut! 1. Jelaskan upaya untuk menjaga pertahanan dan keamanan wilayah Indonesia! Untuk menjaga pertahanan dan keaman wilayah Indonesia dibutuhkan perlengkapan atau senjata. Sistem persenjataan alutsista Indonesia memengaruhi bidang pertahanan dan keamanan wilayah Indonesia. Oleh karena itu, sistem persenjataan Indonesia harus canggih mengimbangi negara-negara lain agar pertahanan dan keamanan negara semakin kuat. Selain itu, dibutuhkan peran serta warga negara untuk memperkuat pertahanan dan keamanan di Indonesia. 2. Bagaimanakah upaya penyelesaian ancaman nonmiliter di bidang politik? Ancaman di bidang politik dapat mengganggu kestabilan politik di suatu negara. Oleh karena itu, pembangunan dan penataan sistem politik dalam negeri diperbaiki. Adapun wujud pembangunan dan penataan tersebut yaitu Pertama, penguatan pemerintah yang bersih, efektif, bertanggung jawab sesuai undang-undang. Kedua, penguatan badan legislatif menjadi badan yang lebih berkualitas. Badan ini merupakan bagian dari struktur politik yang mewakili rakyat meliputi MPR, DPR, dan DPD. Ketiga, penguatan politik nasional melalui partai politik dan organisasi massa sebagai subjek pembangunan nasional. 3. Bagaimanakah upaya pertahanan negara dalam rangka menghadapi ancaman di bidang ekonomi berdasarkan pendekatan dari dalam? Berdasarkan pendekatan dari dalam, untuk menghadapi ancaman bidang ekonomi dapat berupa penciptaan lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, penggunaan alat dan mesin pertanian alsintan yang modern, serta penciptaan iklim usaha dengan memanfaatkan potensi lokal sebagai solusi pemerataan kesempatan kerja. 4. Sebutkan langkah-langkah strategis yang perlu ditempuh dalam upaya penyelesaian ancaman di bidang sosial budaya! Langkah-langkah strategis yang perlu ditempuh sebagai berikut. a. Memprioritaskan pembangunan pendidikan untuk mengatasi keterbelakangan. b. Memasukan wawasan kebangsaan, kebudayaan lokal, rasa cinta tanah air, nasionalisme, patriotisme, dan nilai-nilai agama dalam pendidikan. c. Dari sisi ekonomi, melaksanakan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya tepat dalam mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat. 5. Sebutkan tiga contoh peran serta masyarakat dalam mengatasi berbagai ancaman dalam membangun integrasi nasional! Berikut peran serta masyarakat dalam mengatasi berbagai ancaman dalam membangun integrasi nasional. a. Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. b. Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga keutuhan, kedaulatan negara, dan mempererat persatuan bangsa. c. Memiliki semangat persatuan yang berwawasan Nusantara yaitu semangat mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan sosial, baik aspek alami maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. d. Menghormati perbedaan suku, budaya, agama, dan warna kulit. Perbedaan yang ada akan menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan karena merupakan salah satu kekayaan bangsa. e. Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan yaitu kesamaan memiliki bangsa, bahasa persatuan dan tanah air Indonesia, serta memiliki Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Sang Merah Putih. Kebersamaan dapat diwujudkan dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. f. Menaati peraturan agar kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan dengan tertib dan aman Pelanggaran terhadap peraturan akan menyebabkan kekacauan yang dapat menimbulkan perpecahan. Kami mohon maaf bila ada kesalahan jawaban maupun pertanyaan..Berilah komentar kesalahan apa yang ada dan kami akan kasih
Bangsayangbesar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya . Partisipasi peserta didik dalam mewujudkan cita-cita perjuangan pahlawan adalah? a.mempersiapkan diri untuk mahir dalam bidang tertentu; melaksankan kegiatan belajar dengan rajin supaya menjadi orang berguna; mengadakan peringatan hari pahlawan di sekolah
Civic participation adalah partisipasi kewarganegaraan yang merupakan tujuan dari PPKn dalam mewujudkan generasi yang demokratis. Hakikat dari PPKn adalah memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi kesadaran sebagai warga negara civic literacy, komunikasi sosial kultural kewarganegaraan civic engagement, kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara civic skill and participation, penalaran kewarganegaraan civic knowledge, dan partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab civic participation and civic responsibility. Secara keseluruhan di MA AL-Raisiyah Sekarbele Mataram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui civic participation siswa dan permasalahannya. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Analisis data dimulai dengan mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa, kendala dalam pelaksanaan program pembentukan civic participation peserta didik adalah kurangnya fasilitas penunjangkegiatan membangun civic participation siswa yang ketiga tingkat kebehasilan guru setelah disimpulkan dari hasil analisis angket dikategorikan sangat baik. Civic participation is citizenship participation which is the aim of PPKn in realizing a democratic generation. The essence of PPKn is to strengthen student development in the dimension of civic literacy awareness, civic engagement and civic engagement, civic skills and participation, civic knowledge reasoning, and civic participation participation. responsibly civic participation and civic responsibility. Overall at MA AL-Raisiyah Sekarbele Mataram. This study aims to determine student civic participation and problems. This research uses descriptive qualitative research design. The data collection is done by means of observation, interviews, questionnaires and documentation. Data analysis begins with reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The results of this study in general showed that, constraints in the implementation of the formation of civic participation programs for students was the lack of supporting facilities to build civic participation activities for students. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 10 CIVICUS Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan p-ISSN 2338-9680 e-ISSN 2614-509X Vol. 7 No. 2 September 2019, hal. 10-18 Civic Participation Siswa dan Permasalahannya Sri Rejeki1, Asmi Sutamiati Pagasan2 1Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, Email 2Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, Email asmisutamiaty Riwayat Artikel Diterima 20-September-2019 Disetujui 27-September-2019 Abstrak, Civic participation adalah partisipasi kewarganegaraan yang merupakan tujuan dari PPKn dalam mewujudkan generasi yang demokratis. Hakikat dari PPKn adalah memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi kesadaran sebagai warga negara civic literacy, komunikasi sosial kultural kewarganegaraan civic engagement, kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara civic skill and participation, penalaran kewarganegaraan civic knowledge, dan partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab civic participation and civic responsibility. Secara keseluruhan di MA AL-Raisiyah Sekarbele Mataram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui civic participation siswa dan permasalahannya. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Analisis data dimulai dengan mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa, kendala dalam pelaksanaan program pembentukan civic participation peserta didik adalah kurangnya fasilitas penunjangkegiatan membangun civic participation siswa yang ketiga tingkat kebehasilan guru setelah disimpulkan dari hasil analisis angket dikategorikan sangat baik. Abstract, Civic participation is citizenship participation which is the aim of PPKn in realizing a democratic generation. The essence of PPKn is to strengthen student development in the dimension of civic literacy awareness, civic engagement and civic engagement, civic skills and participation, civic knowledge reasoning, and civic participation participation. responsibly civic participation and civic responsibility. Overall at MA AL-Raisiyah Sekarbele Mataram. This study aims to determine student civic participation and problems. This research uses descriptive qualitative research design. The data collection is done by means of observation, interviews, questionnaires and documentation. Data analysis begins with reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The results of this study in general showed that, constraints in the implementation of the formation of civic participation programs for students was the lack of supporting facilities to build civic participation activities for Kunci Tindak pidana Pencurian Anak Dibawah umur Restoratif Justice —————————— —————————— A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun sumber daya manusia, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Keberhasilan sebuah pendidikan tidak hanya diukur melalui materi dan kecanggihan teknologi yang digunakan, akan tetapi juga ditentukan oleh keluhuran karakter dan budi pekerti yang luhur. Hal ini dikarenakan dalam dunia pendidikan tidak hanya semata-mata ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja akan tetapi diperlukan juga kecerdasan social. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, makhluk mulia, sehat, berilmu, kreatif, warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Partisipasi warga Negara sangat penting untuk dibentuk pada peserta didik sebagai generasi agen of change pada suatu bangsa. Akan tetapi realita yang terjadi pada generasi saat ini justru tidak sesuai yang diharapkan seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional[1]. PKn sebagai pendidikan yang mengarah pada terbentuknya warga negara yang baik danbertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai dan dasar negara Pancasila, Sri Rejeki, Civic Participstion dan Permasalahannya 11 dimana secara konseptual epistemologis, pendidikan Pancasila dapat dilihat sebagai suatu integrated knowledge system yang memiliki misi menumbuhkan potensi peserta didik agar memiliki civic intelligence, civic responsibility dan civic participation sebagai warga negara Indonesia dalam konteks watak danperadaban bangsa Indonesia yang ber-Pancasila[2]. Civic learning in school using project citizen model can improve civic participation[3]. Pendidikan sejatinya dapat berlangsung melalui pengalaman yang secara empirik mampu membangun budaya belajar bagi setiap siswa. Akan tetapi, pengalaman dan pendidikan tidak bisa disamakan begitu saja, karena sebagian pengalaman bisa saja bersifat tidak mendidik mis edukatif. Pengalaman yang tidak mendidik adalah pengalaman yang menghalangi pertumbuhan pengalaman selanjutnya. Sedangkan pengalaman belajar yang mendidik merupakan pengalaman belajar yang mampu mendorong siswa mengembangkan perubahan secara intensional, sehingga secara aktif dan efektif perubahan itu terjadi secara berkesinambungan[4]. Terkait tersebut, jika kita melihat kehidupan generasi muda pada saat ini sungguh mengkhawatirkan. Maraknya tawuran antar pelajar, banyaknya geng-geng antar pelajar yg meresahkan banyak orang, sampai menimbulkan tindakan kriminal karena tren remaja saat ini lebih banyak mengarah pada kehidupan glamor dan modern yang menyebabkan remaja sinis terhadap politisi, partai politik dan demokrasi di Indonesia. Sehingga kegiatan yang berbau politik kurang diminati, selain itu juga tidak diakomodirnya partisipasi remaja dalam partisipasi publik membuat remaja tidak minat politik. Krisis moral yang telah melanda anak bangsa kini cukup memprihatinkan, hal ini terlihat jelas dari prilaku-prilaku yang menyimpang dari para siswa. Banyak siswa yang hendak duduk di bangku sekolah Menengah Atas melakukan berbagai tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh mereka yang terdidik dan tersadarkan. Hal yang demikian justru jauh berbeda dan jauh dari harapan seperti yang diamanatkan dan dicita-citakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan melihat realita generasi muda seperti ini maka pengembangan keterampilan partisipasi warganegara harus dilakukan secara baik dan maksimal, tentu saja ini merupakan tujuan dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn yaitu menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn dipandang sebagai pelajaran yang mengfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-haknya sebagai warga negara indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan melalui Undang – Undang Dasar 1945. Oleh karena itu tidak tepat jika di dalam proses pembelajaran guru hanya menitik beratkan pada pengukuran pengetahuan kognitif saja tetapi harus juga mengembangkan berbagai aspek, seperti aspek afektif dan psikomotorik secara seim bang agar dapat membentuk warganegara yang ideal. Warganegara harus mempunyai beberapa kompetensi ideal, ada 3 tiga Kompetensi ideal seorang warganegara yaitu Civic Knowledge pengetahuan kewarganegaraan, Civic Disposition karakter kewarganegaraan, Civic Skill keterampilan warganegara. Selanjutnya civic skill terdiri atas civic intellectual skill keterampilan intelektual warganegara dan Civic participation partisipasi warganegara[5]. Civic participation adalah partisipasi kewarganegaraan yang merupakan tujuan dari PPKn dalam mewujudkan generasi yang demokratis.. Hakikat dari PPKn adalah memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi kesadaran sebagai warga negara civic literacy, komunikasi sosial kultural kewarganegaraan civic engagement, kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara civic skill and participation, penalaran kewarganegaraan civic knowledge, kecerdasan warga Negara civic intelligenece dan partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab civic participation and civic responsibility. Secara keseluruhan pembelajaran PPKn mulai mengembangkan 3 aspek kompetensi, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk melihat perkembangan aspek kompetensi tersebut terutama dalam aspek psikomotorik guru PPKn berupaya membentuk civic participation dari peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bagaimana partisipasi dari peserta didik dalam pembelajaran PPKn dan diimplementasikan dalam kegiatan sekolah[5]. Melihat realita generasi muda seperti yang digambarkan di atas sangatlah mengkhawatirkan. Mereka sebagai generasi yang seharusnya menjadi agen of change malah terlihat acuh dan tidak tertarik terhadap politik. Mereka selalu menunjukkan ketertarikan politik yang lemah dibandingkan dengan kaum tua. Partisipasi politik nampaknya masih dianggap suatu hal yang tak penting bagi siswa. Keikutsertaan mereka dalam membangun pemerintahan yang demokratis nampaknya masih belum begitu dirasa penting. Dalam membentuk pembangunan negara yang demokrasi, partisipasi setiap warganya sangat diharapkan dan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pembangunan bangsa. Siswa sebagai generasi penerus harusnya mempunyai kesadaran penuh akan peran dan tugasnya sebagai masyarakat selain dia memenuhi haknya sebagai warga negara. Kenyataan yang terjadi partisipasi siswa di sekolah tergolong kurang, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa mengenai suatu hal yang bersifat publik seperti kurangnya minat baca, mengikuti pemilihan ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS, mengikuti pemilihan Ketua Kelas, mengikuti pemilihan Ketua ekstrakurikuler seperti pmr, pramuka, mengikuti forum-forum diskusi di Sekolah, mengikuti pembuatan anggaran dasar dan rumah tangga OSIS atau organisasi ekstrakurikuler, kegiatan ekstra 12 CIVICUS Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 7, No. 2, September 2019, hal 10 - 18 pramuka dan tata tertib mematuhi aturan sekolah. Sehingga implementasi pembelajaran PPKn pada kehidupan sehari-hari siswa di nilai kurang. disekolah ini dalam proses pengembangan keterampilan partisipasi warganegaranya memerlukan keterlibatan pihak-pihak seperti guru, orang tua, dan lingkungan sekitarnya. kecenderungan siswa di sekolah yang selalu melakukan kenakalan bahkan tindak kekerasan antara teman sebayanya masi sangat membutukan didikan moral dan partisipasi guru secara efektif, pelaksanaan dan keikutsertaan siswa dalam berbagai kegiatan masih perlu ketegasan dan dukungan dari para pendidik. Melihat realitanya yang seperti itu maka perlu dipertanyakan kembali sejauh mana partisipasi kewarganegaraan mereka. Dengan demikian kajian dalam artikel ini bertujuan menjelaskan Civic participation siswa dan permasalahannya. B. METODE PENELITIAN 1. Metode Yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksprimen, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisas[6]. Sedangkan pendekatan deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang sesuatu keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif situasi. Itulah sebabnya disebut dengan pendekatan deskriptif. Alasan penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif ini dikarenakan dalam penelitian data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang diperoleh dari tulisan, kata-kata dan dokumen yang berasal dari sumber atau informasi yang diteliti dan dapat dipercaya serta untuk mendapatkan data yang mendalam dan menemukan apa yang tersembunyi nilai-nilai dibalik yang nampak. 2. Penentuan subjek penelitian Subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti[7]. Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi subyek penelitian dalam penelitian ini adalah guru PPKn, dan Siswa. Alasan guru menjadi subyek penelitian dan sumber informasi adalah untuk mendapatkan data-data yang lebih benar dan sesuai dengan yang terjadi di lapangan agar penelitian tidak mendapatkan data yang mengada-ngada, karena guru sangat penting untuk mengatur segala macam proses pembelajaran dalam mengimplementasikan partisipati kewarganegaraan di MA Al Raisiyah Sekarbele Mataram. Sehingga siswa mampu untuk menjadi manusia yang berpendidikan dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Alasan memilih siswa sebagai subyek penelitian yang kedua adalah, untuk mendapat mendapatkan informasi lebih lanjut apakah guru melaksanakan pembinaan partisipasi untuk mendidik siswa sudah sampai mana kemampuan dan cara guru mendidik siswa dalam sekolah.. Adapun tehnik sampling yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah tehnik purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah tehnik pengumpulan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap paling tau tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan penelitian menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengabilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar[8]. Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan tehnik sampel purposive sampling. Hal ini dilakukan karena informasi ini dianggap lebih mengetahui dan lebih faham terhadap masalah yang diteliti dan dapat memberikan data yang lebih lengkap dan tidak menggunakan isti lah populasi. Adapun yang akan menjadi subyek purposive sampiling dalam penelitian ini adalah guru PPKn dan siswa yang ada di MA Al Raisiyah Sekarbele Mataram karena dianggap lebih mengetahui dan lebih faham terhadap masalah yang diteliti dan dapat memberikan data yang lebih lengkap. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan dat6a. Teknik pengumpulan data adalah Cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan umum terdapat empat macam tenik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/trigulasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini diantaranya adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. a. Teknik Observasi Metode observasi biasa diartikan sebagai “pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada obyek penelitian”. Gejala-gejala yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan upaya guru dalam meningkatkan civic participation siswa[8]. Observasi dibedakan menjadi observasi berpartisipasi dan observasi yang tidak berstruktur. Sri Rejeki, Civic Participstion dan Permasalahannya 13 Observasi partisipatif, adalah observasi yang melibatkan peneliti dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian .Sementara observasi terus terang atau tersamar, yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti suda mengetahui sejak awal sampai akhir aktifitas peneliti. Sedangkan observasi yang tidak berstruktur ialah observasi yang dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian belum jelas. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi yang berstruktur. Terkait dengan upaya guru dalam meningkatkan civic participation di MA Al Raisiyah Sekarbele Mataram, sesuai dengan metode yang pertama adalah metode observasi peneliti merasa sangat tepat menggunakan metode ini. b. Teknik Wawancara Metode wawacara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seorang menjadi informan atau responden. Cara adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka yang merupakan pertemuan dua orang yang bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehinggah dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara atau interviu terdiri dari atas tiga jenis[9], yaitu sebagi berikut 1 Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaan telah disiapkan, seperti menggunkana pedoman wawancara, berate telah mengetahui data dan menentukan fokus serta perumusan masalah. 2 Wawancara semi terstruktur, yaitu wawancara yang sudah cukup mendalam karena ada penggabungan antara wawancara yang berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan dan pertanyaan yang lebih luas dan mendalam dengan mengabaikan pedoman yang sudah ada. 3 wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang lebih bebas, lebih mendalam, dan menjadikan pedoman wawancara sebagai pedoman umum dan garis-garis besarnya saja. Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Maksud digunakan wawancara tertruktur dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi akurat tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek penelitian. Selain itu peneliti juga menggunaka angket yang diperkuat kembali denga wawancara. Sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel yang akan diteliti. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan keterangan dari informasi yang berkaitan dengan masalah upaya guru dalam meningkatkan civic participation siswa di MA Al Raisiyah Searbele Mataram. Sesuai dengan subjek penelitian bahwa wawancara dilakukan kepada tiga subjek yaitu Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa. Metode ini bermanfaat bagi peneliti karena bisa menggali informasi tentang topik penelitian secara mendalam, bahkan bisa mengungkap hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh peneliti itu sendiri. c. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang suda berlalu. Dokumen bias berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen biasanya berbentuk tulisan misalnya catatan harian, peraturan, kebijakan dan lain-lain. Sedangkan dokumen yang bentuknya karya, misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Yang akurat, berupa dokumen, buku-buku pelajaran, Surat kabar dan dokumen-dokumen yang lainnya. Alasan Penulis menggunakan metode ini adalah saya akan memperoleh gambar hasil potret bagaimana upaya guru dalam meningkatkan Civic participation di MA Al Raisiyah Sekarbele Mataram. Media ini akan membantu dalam memperoleh data yang akurat, tentang bagimana upaya guru dalam meningkatkan Civic participation di MA All Raisiyah. Manfaat metode ini, peneliti bisa memperoleh hasil dokumentasi dengan memperkuat apa yang telah diwawancara dan diamati. Jadi, di sini tidak ada dugaan mengada-ada data ketika disertai wujud nyata penelitian. Metode dokumentasi adalah metode terahir yang digunakan, dengan penelitian ini peneliti bisa mengkaji upaya guru dalam meningkatkan Civic participation di MA Al Raisiyah. d. Angket Dalam penelitian ini, angket menjadi salah satu teknik dalam pengumpulan data teknik angket merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada respomden untuk dijawabnya. Dalam hal ini peneliti sendiri mendatangi responden dan menyampaikan daftar pernyataan untuk diisi. 4. Teknik Analisa Data Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam tringulasi, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Bogdan mengatakan bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat muda dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan proses analisis data dalam penelitian kualitatif dan peneliti menggunakan teknik deskriptif, maka ada tiga komponen dalam analisis data yaitu sebagai berikut a. Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal yang 14 CIVICUS Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 7, No. 2, September 2019, hal 10 - 18 penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang diriduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah melakukan pengumpulan data. Untuk mereduksi data, peneliti membuat ringkasan kontak, pengembangan kategori, pengkodean, dan membuat catatan reflex yang bermaksud menajamkan menggolongkan, mengarahkan yang tidak berlaku. Kemudian mengorganisasikan sedemikian rupa sehingga kesimpulan yang tepat ini dilakukan terus menerus selama penelitian berlansung. b. Penyajian data adalah merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan danya adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Dalam penellitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan sejenisnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. c. Verifikasi atau penarikan kesimpulan adalah upaya yang diperolehbselama pengumpulan data berlansung. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum perna ada. Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti diharapkan dapat menemukan temuan yang baru berdasarkan permasalahan yang diangkat peneliti. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penarikan kesimpulan adalah dengan memberikan kesimpulan awal yang masi bersifat sementara, Dan kesimpulan ini akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Selanjutnya, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel, Terakhir, apabila pengumpulan data atau kesimpulan kurang jelas, maka kesimpulan final peneliti ialah terus mengadakan pengujian verifikasi selama penelitian berlansung dengan berbagai cara antara lain meninjau ulang catatan di lapangan. d. Untuk mengetahui upaya guru PPKn dalam meningkatkan civic participation siswa di MA AL Raisiyah maka data hasil perhitungan angket berupa pernyataan dan skor akan diolah dengan rumus Untuk menentukan kategori hasil aktivitas guru dan siswa[7], maka digunakan indikator seperti tertera pada tabel sebagai berikut Tabel 1. Untuk Menentukan Kategori Hasil Aktivitas Guru Dan Siswa Presentase tingkat partisipasi C. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan keilmuan seorang guru adalah memahami dengan baik tiga kompetensi dasar dalam civics education yaitu civics knowladge. Civics skill, dan civics dispositions. Menjadi hal yang amat esensial bagi guru PPKn untuk memahami ketiga komponen pendidikan kewarganegaraan nantinya akan tercemin dalam pemilihan bahan ajar, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran PPKn. Kompetensi profesional guru PPKn diperlukan untuk menentukan[5] a Bahan ajar PPKn apa saja yang termasuk pengetahuan kewarganegaraan civics knowledge, nilai dan keterampilan kewarganegaraan civics skills dan sikap kewarganegaraan civics disposition; b Model pembelajaran apa saja yang dapat mengembangkan pengetahuan kewarganegaraan civics knowledge, nilai dan keterampilan kecakapan kewarganegaraan civic skills dan sikap kewarganegaraan civic disposition; c Bentuk penilaian apa saja yang sesuai untuk mengukur pengetahuan kewarganegaraan civic knowledge, nilai dan keterampilan kecakapan kewarganegaraan civic skills dan sikap kewarganegaraan civic disposition. Pada hakikatnya pembangunan karakter bangsa mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses itulah pembangunan karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesakdan memerlukan pola atau paradigma baru. Tugas PPKn dengan paradigma baru ini mengembangkan pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, pertama mengembangkan kecerdasan warganegara civic intelligence, kedua membina tanggung jawab warga negara civic responsibility ,dan ketiga mendorong partisipasi warga negara civic participation[10]. Komponen esensi kedua dari PPKn dalam masyarakat demokratis adalah keterampilan atau kecakapan kewarganegaraan dalam berpartisipasi terhadap politik civic participation. Jika warga Negara mempraktekkan hak-haknya dan menunaikan kewajiban-kewajibannya sebagai warga Negara yang berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan, namun mereka perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan participation yang relevan[11]. Demikian pula lainnya Sri Rejeki, Civic Participstion dan Permasalahannya 15 menjelaskan kecakapan intelektual kewarganegaraan sekalipun dapat dibedakan namun satu sama lain tidak dapat dipisahkan dari kontennya. Kecakapan berpartisipasi tentang politik tertentu, misalnya seseorang harus memahami terlebi dahulu isu-isu, sejarah, dan relevansinya masa kini[10]. Beliau juga mengemukakan bahwa Civic participation secara sempitnnya berarti kemampuan dalam menampilkan partisipasi dalam pendidikan kewarganegaraan atau keterampilan kewarganegaraan. Pembelajaran PPKn merupakan proses pendidikan secara utuh dan menyeluruh terhadap pembentukan karakter individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Pembelajaran PPKn harus diinternalisasikan secara utuh dan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan baik pribadi/keluarga, sekolah, masyarakat maupun bangsa dan negara dengan tujuan untuk membentuk karakter siswa sebagai warga negara yang cerdas dan baik, sesuai dengan nilainilai Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. UUD No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 menyebutkan bahwa dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi itu salah satunya wajib memuat PPKn. Keberadaan PPKn sangatlah penting pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Sesuai dengan tujuan pembelajaran PPKn[12]. Persentase keseluruhan jawaban responden dapat dideskripsikan bahwa Upaya guru PPKn dalam meningkatkan Civic Participation siswa di MA AL Raisiyah Sekarbele Mataram dapat dikategorikan ’sangat baik” yaituh dengan perolehan skor sebesar 92,72 dengan kategori ’sangat baik’’ karena diliihat dan disesuaikan dengan skor kategori pada tabel indicator upaya guru PPKn dalam meningkatkan civic participation siswa yaituh berada diantara nilai 76% -100% dengan hasil 92,72. Gambar 1. Respon Participation Siswa D. TEMUAN DAN DISKUSI Partisipasi politik yang aktif dari semua anggota masyarakat merupakan ciri dari keberhasilan cita-cita demokrasi. Dengan demikian diperlukan warga negara yang ideal demokratis yang seyogyanya tampil sebagai “Informed and Reasoned Decission Maker atau pengambil keputusan yang cerdas dan bernalar untuk mewujudkan cita-cita tesebut. Kemelekwacanaan warga negara civic literacy diartikan sebagai kapasitas pengetahuan dan kemampuan warga untuk memahami dunia politik mereka, dengan pengetahuan yang menjadi dasar partisipasi politiknya diharapkan mampu menambah efikasinya. Sedangkan keterampilan partisipatori kemampuan seseorang berpartisipasi dalam berbagai pembuatan kebijakan publik[13]. Upaya guru PPKn dalam meningkatkan civic participation siswa dapat digambarkan sebagai berikut 1. Religius Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter religius di antaranya ialah memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun; setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan maupun 25 mengerjakan tugas-tugas pelajaran berdoa terlebih dahulu; mengembangkan toleransi beragama dalam keberagaman yang ada; melaksanakan ibadah dengan baik sesuai dengan kepercayaan/keyakinan masing-masing; menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah; Kejujuran. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter jujur di antaranya ialah menepati janji, berkata dan bertindak dengan benar sesuai dengan fakta yang ada/tidak berbohong; melakukan pekerjaan berdasarkan kewenangan yang dimiliki; memiliki komitmen dalam menjaga dan mengekspresikan kebenaran. 2. Kecerdasan Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter cerdas di antaranya ialah siswa berkata dan bertindak secara benar, cepat, dan akurat; siswa mampu menerapkan pengetahuannya knowledge terhadap sesuatu yang baru. 3. Ketangguhan Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter tangguh di antaranya ialah memiliki sikap dan tindakan untuk pantang menyerah dalam situasi tertentu/tidak mudah berputus asa; mampu menyelesaikan permasalahan dan kesulitan yang terjadi sehingga berhasil meraih tujuan atau cita-citanya. 4. Kepedulian Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter kepedulian di antaranya ialah siswa dapat memelihara kebersihan, keindahan, dan kelestarian alam; siswa dapat berbagi dengan berpartisipasi memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan terhadap orang lain yang dilanda musibah atau kurang beruntung dalam kehidupannya; siswa tidak pasif tidak bersifat masa bodoh melainkan proaktif dengan adanya perubahan keadaan lingkungan. 5. Demokratis 16 CIVICUS Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 7, No. 2, September 2019, hal 10 - 18 Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter demokratis di antaranya ialah siswa menghormati pendapat dan hak orang lain; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; melaksanakan musyawarah dalam mengambil keputusan; mengusahakan musyawarah untuk mencapai mufakat; siswa secara nyata menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah sebagaimana mestinya; siswa ikut berperan serta aktif dalam mengatasi permasalahan publik termasuk aktif dalam kegiatan sekolah, memberikan kritik saran yang membangun dalam pembuatan peraturan kelas, peraturan sekolah, peraturan desa serta peraturan lainnya. 6. Nasionalis Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter nasionalis yaitu siswa mampu berbahasa Indonesia secara baik dan benar; menghormati pahlawan, berpartisipasi dalam perayaan hari-hari besar nasional, mampu menyanyikan lagu-lagu kebangsaan; melakukan kegiatan pelestarian lingkungan hidup; memiliki sikap setia kawan terhadap sesama anak bangsa; menggunakan produksi dalam negeri; mengutamakan persatuan dan kesatuan serta kepentingan bangsa dan negara dengan mengedepankan semboyan Bhinekha Tunggal Ika; Memiliki komitmen penuh dan menaruh kepercayaan serta menjaga Pancasila bukan hanya sebagai 27 philosofische grondslag namun berusaha untuk menjiwainya sebagai volkgeist. 7. Kepatuhan pada aturan sosial Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter tersebut yaitu siswa mampu mematuhi tata tertib yang berlaku di sekolah; mematuhi nilai, norma, kebiasaan, adat dan peraturan yang berlaku di sekolah maupun masyarakat; tidak memiliki sikap anarkhi dan sewenang-wenang. 8. Menghargai keberagaman Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter tersebut yaitu siswa memiliki sikap saling menghormati menghargai dalam membangun sikap gotong royong; tidak membeda-bedakan teman dengan latar belakang apapun; menghargai hasil karya atau produk suku lain, dengan memberikan suatu apresiasi, mengkoleksi, memakai, atau menyanyikan. 9. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter tersebut yaitu siswa harus memiliki kesadaran untuk bersikap dan bertindak secara adil; mau bekerja keras untuk belajar dengan tekun dan disiplin; memelihara keseimbangan dalam memenuhi hak dan melakasanakan kewajiban; menghargai hak-hak orang lain ; melaksanakan apa yang telah menjadi suatu kewajiban bagi dirinya. 10. Bertanggung jawab Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter yaitu siswa mempunyai sikap seperti mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu; berani menanggung resiko atas apa yang telah dilakukan; mengerjakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan waktu yang ditetapkan; memiliki kesediaan untuk bersedia meminta maaf jika melakukan kesalahan terhadap orang lain dan berjanji tidak mengulangi; bersedia diberikan sanksi atas pelanggaran yang telah dilakukan. 11. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter tersebut apabila siswa mampu memberikan usulan yang masuk akal dengan menggunakan akal yang sehat dengan mengelaborasikan antara teori dan praktik nya ta di lapangan; memberikan kritik, saran yang bersifat mambangun; memberikan ide atau gagasan yang baik untuk kepentingan umum. 12. Kemandirian Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter kemandirian di antaranya siswa tidak bergantung pada orang lain; melaksanakan kegiatan atas dasar kemampuan sendiri; Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Hasil penelitin ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sangat berperan dalam pembentukan civic participation siswa[14]. Hal ini dapat dilihat melalui jumlah dari keseluruhan sampel yang diteliti sebanyak 82,04% siswa, menyatakan selalu berpartisipasi dalam segala kegiatan yang ada di lingkungan sekolah. Keberhasilan ini tidak terlepas dari campur tangan guru dalam melakukan proses belajar di kelas. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan guru menanamkan nilai-nilai demokrasi, cinta tanah air, pembentukan karakter siswa seperti tanggungjawab, tanggap dan peduli terhadap segala situasi yang sedang dialami, mengajarkan hidup rukun dengan menghargai orang lain, menghormati orang lain, dan bersikap adil tanpa membedakan antara satu dengan yang lain. Partisipasi yang diberikan oleh Sri Rejeki, Civic Participstion dan Permasalahannya 17 para siswa umumnya berupa partisipasi ide. Kekurangan program ini adalah petugas terkadang lalai serta banyaknya surat yang tidak dapat dikabulkan oleh sekolah. Faktor yang menghambat program ini adalah guru yang tidak dapat menerima kritikan dari siswa serta petugas yang sering sibuk dengan urusan diluar program box of democration[15]. Upaya yang dilakukan dalam menangani guru yang tidak dapat menerima kritikan adalah dengan cara musyawarah yang melibatkan beberapa pihak yang disertai rasa kekeluargaan, selain itu penambahan jumlah personil dan layanan sms menjadi solusi dalam mengatasi petugas yang sering sibuk. E. SIMPULAN DAN SARAN Upaya guru PPKn dalam meningkatkan civic participation siswa di MA AL Raisiyah Sekarbele Mataram, suda terintegrasi dan diupayakan pada proses pembelajaran. Berdasarkan temuan-temuan peneliti dapat dipahami bahwa kesimpulan dari angket, wawancara dan observasi yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa guru PPKn telah berupaya memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan civic participation, adapun beberapa upaya yang dilakukan guru PPKn dalam memotivasi siswa adalah terlaksananya beberapa kegiatan pengembangan bakat siswa yaitu kegiatan olahraga, pramuka yang dilaksanakan dalam waktu sekali dalam seminggu yaitu hari jum’at sore, kegiatan ekstrakurikuler seperti imtak, upacara berdera, juga dalam proses pembelajaran guru PPKn menanamkan nilai-nilai demokratis dengan membiasakan siswa berdiskusi dan bekerja sama, memberikan nasihat, bimbingan, arahan, memberikan suport bagi siswa untuk belajar tentang betapa pentingnya pendidikan, penggunaan metode secara bervariasi. Adapun kendala dan kesulitan yang dihadapi oleh guru di MA AL Raisiyah Sekarbele Mataram adalah sarana dan prasarana, khususya buku pegangan siswas dan LCD juga masih kurang memadai. selain itu juga kendala lain yang ditemukan dari kurang maksimalnya pelaksanaan beberapa kegiatan seperti pramuka yang hampir dalam seetahun terahir tidak terlaksana dikarenakan guru yang berwenang sudah tidak mengabdi lagi dan belum ada penggantinya. Selain itu di dalam proses pembelajaran minat peserta didik yang masih kurang memahami bagaimana pentingnya partisipasi dan tidak sedikit dari mereka yang sering melakukan pelanggaran, dan dalam kegiatan olahlaga perlengkapan masih sangat kurang memadai, sedangkan dalam penanaman nilai demokratis siswa masih kurang merespon secara baik tentang bagaimana seharusnya salingmenghargai sesame saat berdiskusi dan berpendapat. Dari persentase keseluruhan jawaban responden dapat dideskripsikan bahwa Upaya guru PPKn dalam meningkatkan Civic Participation siswa di MA AL Raisiyah Sekarbele Mataram dapat dikategorikan ’sangat baik” yaituh dengan perolehan skor sebesar 92,72 dengan kategori ’sangat baik’’ karena diliihat dan disesuaikan dengan skor kategori pada tabel indicator upaya guru PPKn dalam meningkatkan civic participation siswa yaituh berada diantara nilai 76% -100% dengan hasil 92,72. Saran yang diberikan peneliti kepada guru PPKn dan sekolah adalah sebagai guru PPKn sebaiknya meningkatkan dan mengembangkan terus program pembentukan civic participation terhadap peserta didik baik dalam pembelajaran maupun dalam kegiatan sekolah, Terus menanamkan nilai demokrasi agar civic participation peserta didik dapat terwujud dengan tanggung jawab. Sekolah sebaiknya terus meningkatkan kegiatan sekolah yang kreatif dan inovatif untuk mendukung adanya partisipasi dari peserta didik seperti kegiatan pemilihan ketua OSIS ataupun kegiatan partisipasi lain F. DAFTAR PUSTAKA [1] R. Indonesia, “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,” Jakarta Pemerintah Republik Indones., 2003. [2] U. Chotimah, “Alternatif Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Mencapai Civic Intelligence, Civic Participation Dalam Civic Responsibility,” in Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2012, 2012. [3] N. Nurhalimah and S. I. Hamid, “Implementation of Project Citizen Model to Increase Civic Participation on Civic Education for Elementary School,” J. Khazanah Sekol. Dasar, vol. 5, no. 1, pp. 356–367, 2019. [4] S. Dharma and R. Siregar, “Membangun Pengalaman Belajar Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran Project citizen pada Siswa,” JUPIIS J. Pendidik. ILMU-ILMU Sos., vol. 7, no. 1, pp. 100–106, 2015. [5] B. Winarno, Kebijakan publik teori, proses, dan studi kasus edisi dan revisi terbaru. Center for Academic Publishing Service, 2012. [6] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. 2013. [7] A. Suharsimi, “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2,” Jakarta PT Bumi Aksara, 2013. [8] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan R & D. Bandung Alfabeta, 2017. [9] B. A. S. Afifudin and B. A. Saebani, “Metode Penelitian Kualitatif,” Bandung Pustaka Setia, 2009. [10] M. S. Branson and C. N. Quigley, “The role of civic education,” 1998. [11] E. S. Nurdin, “The Policies on Civic Education in Developing National Character in Indonesia.,” Int. Educ. Stud., vol. 8, no. 8, pp. 199–209, 2015. [12] S. Dharma and R. Siregar, “Internalisasi Karakter melalui Model Project Citizen pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,” JUPIIS J. Pendidik. Ilmu-ilmu Sos., vol. 6, no. 2, pp. 132–137, 2015. [13] I. N. Rahman, “Pengaruh civic literacy dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 18 CIVICUS Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 7, No. 2, September 2019, hal 10 - 18 terhadap partisipasi politik siswa,” Untirta Civ. Educ. J., vol. 1, no. 1, 2016. [14] N. Paraita, “Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembentukan Civic Participation Siswa Kelas X SMA Negeri Unggul Binaan Bener Meriah Tahun Pelajaran 2016/2017.” UNIMED, 2017. [15] A. N. Akbar, “Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembentukan Civic Participation Siswa Kelas X SMA Negeri Unggul Binaan Bener Meriah Tahun Pelajaran 2016/2017 Peran Program Box Of Democration Dalam Mewujudkan Civic Participation Siswa Di Sekolah Penel.” Universitas Pendidikan Indonesia, 2014. ... belum begitu dirasa penting. Dalam membentuk pembangunan negara yang demokrasi, partisipasi setiap warganya sangat diharapkan dan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pembangunan bangsa. Siswa sebagai generasi penerus harusnya mempunyai kesadaran penuh akan peran dan tugasnya sebagai masyarakat selain dia memenuhi haknya sebagai warga negara.Rejeki & Pagasan, 2019 ...Buku ini ditulis sebagai usaha ikut berperan dalam mengatasi keprihatinan terhadap generasi bangsa atas keterpurukan bangsa ini, khususnya dalam kemerosotan moral dengan semakin maraknya ketidakjujuran, kemunafikan, dan maraknya tindak korupsi, serta terus terkikisnya nilai-nilai luhur bangsa yang terkristalisasi dalam Pancasila. Pembelajaran PKn di SD pada hakikatnya memiliki tujuan menjadikan warga Negara Indonesia yang cerdas, bermanfaat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk mewujudkan tujuan ini maka diperlukan buku “Paradigma Baru Pembelajaran PKn Abad 21” sebagai sumber yang mampu menyajikan pembelajaran PKn sesuai dengan perkembangan zaman, dan diharapkan dapat memenuhi tantangan dan keadaan yang dinamis dimasa mendatang. Pokok-pokok bahasan dalam buku ini meliputi hakikat, fungsi, dan tujuan pembelajaran PKn di SD, karakter warga Negara Indonesia sebagai individu yang memegang teguh prinsip Bhineka Tunggal Ika, hakikat manusia Indonesia, manusia Pancasila, Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa, Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, kemajemukan masyarakat Indonesia dan kebanggaan berbangsa dan bernegara di Indonesia, UUD 1945 dan amandemen UUD 1945, dan Dewan Perwakilan DharmaRosnah SiregarEducation indeed could be takes place through experiences which empirically can develops culture of learning for every students. However experience and education can not merely be equated because part of experience could not be educate. The not-educated experience is the one that obstruct on coming of the next experience. Whilst educated learning experience is the one that can encourage the students to evolve a change intentionally, so the change could be happen actively, effectively, and sustainable. This wiriting tries to construct, how the learning model of poject citizen can be develop experience in learning concern on civic. If realized that one of the matters in teaching civic nowadays is managing of class can not yet construct an atmosphere that can be provides experiences in learning for students, as the learning only emphasizes on cognitive aspect. Through community services activity, a training by using learning model of project citizen’ have done in SMP of Batubara Regency, the writer try various ideas regarding how learning model of project citizen could be constructs experience in learning civic .Surya DharmaRosnah SiregarThis writing deals with developing moral values by the project citizen’ through several stages of its learning. Hopefully this article could act its role in enlightening and motivating for the teachers to be able to use this model later. Starting from the idea of character building by John Dewey 1859-1952 through the flow of Progressivism. He explains that "schools should make students as citizens to be more democratic, free thinking and intelligent". It can be interpreted that the role of the school as an institution must provide learning that can develop a wide range of student competence. The most appropriate learning strategies to achieve what is thought of this school is by using learning model of project citizen’. This model is basically based on the strategy of inquiry learning, discovery learning, problem solving, and research-oriented learning. From the experiments which conducted, using the model is able to achieve competency in the subject of Civic Education. The model of project citizen learning has become the best model, which is able to develop the character of students through the process of participative learning. Therefore, educating character as a pillar of our national education goals, could be developed through the learning model of project Syarief NurdinEach country has different policies on the implementation of Civic Education. As an independent country, Indonesia administers Civic Education separately through a special subject under the name citizenship education’, while other countries, such as Malaysia, integrate this form of education into other subjects. The policies on Civic Education in Indonesia aim to mould a citizen who has the spirit of nationalism and patriotism Explanation of Article 37 of the Law No. 20 of 2003. The research was conducted using library research. Meanwhile, data were analyzed descriptively, consisting of quotes. In addition, Civic Education as value-based education stresses on the realization of a good citizen, who is has holistic competencies in knowledge, skills, and traits based on the national character the values of Pancasila or the Five Principles of Indonesia.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NasionalR IndonesiaR. Indonesia, "Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional," Jakarta Pemerintah Republik Indones., Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Mencapai Civic Intelligence, Civic Participation Dalam Civic ResponsibilityU ChotimahU. Chotimah, "Alternatif Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Mencapai Civic Intelligence, Civic Participation Dalam Civic Responsibility," in Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2012, of Project Citizen Model to Increase Civic Participation on Civic Education for Elementary SchoolN NurhalimahS I HamidN. Nurhalimah and S. I. Hamid, "Implementation of Project Citizen Model to Increase Civic Participation on Civic Education for Elementary School," J. Khazanah Sekol. Dasar, vol. 5, no. 1, pp. 356-367, publik teori, proses, dan studi kasus edisi dan revisi terbaruB WinarnoB. Winarno, Kebijakan publik teori, proses, dan studi kasus edisi dan revisi terbaru. Center for Academic Publishing Service, Evaluasi Pendidikan Edisi 2A SuharsimiA. Suharsimi, "Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2," Jakarta PT Bumi Aksara, Penelitian KualitatifB A S AfifudinB A SaebaniB. A. S. Afifudin and B. A. Saebani, "Metode Penelitian Kualitatif," Bandung Pustaka Setia, 2009.
Partisipasipeserta didik dalam mewujudkan cita-cita perjuangan pahlawan adalah? a.mempersiapkan diri untuk mahir dalam bidang tertentu; melaksankan kegiatan belajar dengan rajin supaya menjadi orang berguna; mengadakan peringatan hari pahlawan di sekolah; memberikan sumbangan kepada semua keluarga pahlawan; mendoakan arwah para pahlawan agar
Seminar Kebangsaan BSI Jakarta BSI News Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan dan menghargai jasa-jasa para pahlawannya yang telah gugur baik dalam merebut atau mempertahankan tumpah darah dan kemerdekaan Indonesia. Maka sudah sepatutnya para pahlawan kita itu mendapatkan penghormatan yang tinggi, karena tanpa mereka kita tidak mungkin hidup dalam alam kemerdekaan ini. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan telah bergesernya nilai-nilai hidup saat ini, rasa cinta dan menghargai jerih payah para pahlawan mulai memudar bahkan hilang tergerus derasnya perubahan zaman. Dewasa ini, memaknai, mengenal dan mengenang jasa-jasa para pahlawan adalah sesuatu yang dianggap biasa saja, bahkan mulai memudar dan hilang terlebih dalam jiwa pemuda bangsa ini. Bertolak dari kenyataan diatas, maka perlu upaya guna mengembalikan kembali rasa cinta dan kepedulian kita kepada para pahlawan dengan melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan mampu memaknai dan merefleksikan kembali perjuangan para pahlawan kita. Bertempat di BSI BSD, Sabtu 8/11, lembaga BSI bekersama dengan IKBM BSI menyelenggarakan “seminar kebangsaan” untuk kali keempat. Seminar kebangsaan kali ini dalam memperingati hari pahlawan yang jatuh pada 10 November, dengan mengangkat tema “Aktualisasi Semangat Kepahlawanan Menuju Kejayaan Bangsa”. Acara yang dihadiri oleh lebih dari 100 orang ini, diikuti dari berbagai kalangan antara lain perwakilan siswa-siswa SMA/SMK se-Tangerang dan Banten beserta guru pendamping, perwakilan mahasiswa baik yang tergabung dalam Ormawa/HMJ BSI dan perwakilan perguruan tinggi lainnya, juga tidak ketinggalan perwakilan dari aktivis pendidik. Pada seminar kali ini diisi dengan talk show dan diskusi interaktif dengan menampilkan beberapa narasumber yaitu Suparman selaku perwakilan praktisi pendidikan, Airin Rachmi Diany Wardana selaku walikota Tangerang Selatan dan Lukman Sardi seorang aktor dan publik figur. Bertindak selaku moderator dalam seminar kebangsaan ini adalah M. Nandi Susila. Dalam pemaparannya Suparman menyoroti tentang bagaimana para pemuda Indonesia harus mengingat sejarah terutama jasa para pahlawan. Hendaknya para pemuda tersebut mampu menjadikan setiap semangat dan potensi dari kegigihan para pahlawan menjadi landasan dalam membangun bangsa. Beliau mencontohkan aksi paling kecil sebagai wujud semangat kepahlawanan dalam menuju kejayaan bangsa yakni dengan menegakkan disiplin dalam kehidupan seperti membuang sampah pada tempatnya. Sebagai narasumber kedua yakni Lukman Sardi yang menyoroti tentang arti seorang pahlawan. Dikatakan bahwa pahlawan dapat diartikan setiap orang entah itu siapa saja yang berjasa bagi kita semua, dicontohkan semisal kita menemukan sebuah lubang dan ada seseorang yang memberitahukan kepada kita, hal itu sudah merupakan pahlawan bagi diri kita. Masih menurutnya pahlawan itu bisa saja ditemui dimana saja, dan kita pun bisa menjadi seorang pahlawan dari sisi kehidupan kita, dan itu bisa diwujudkan dengan aksi yang kecil yakni memulai rasa kepedulian. Sedangkan Airin Rachmi Diany Wardana, sebagai narasumber ketiga memaparkan tentang memulai semangat kepahlawanan dari hal-hal kecil yang tercermin dari perilaku serta perbuatan yang baik di sekitar lingkungan dan senantiara merealisasikan nilai-nilai luhur yang ditinggalkan oleh para pahlawan agar menuju kejayaan bangsa. Ibu dari dua anak ini juga mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pahlawan tidaklah selalu tampil di depan publik dengan segudang keberhasilan, melainkan dengan sumbangsih kita yang berguna minimal bagi kehidupan sekitar, yang tentunya dapat dilakukan oleh tiap-tiap individu. Setelah sesi pemaparan dari narasumber dilanjutkan dengan sesi dialog interaktif dan setiap peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada para narasumber. Selain itu juga ada pemberian cinderamata dari lembaga BSI kepada narasumber yang diberikan langsung oleh Anton. Di penghujung acara dilakukan penandatanganan nota kesepahaman MOU antara Akademi BSI dengan Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan terkait pelatihan kewirausahaan, pembangunan karakter dan integritas bangsa bagi pendidik dan peserta didik di lingkungan Dinas Pendidikan Tangerang Selatan. Acara ditutup dengan pengundian doorprize serta sesi foto bersama narasumber dengan para peserta seminar kebangsaan. Pemaknaan nilai-nilai juang para pahlawan melalui kegiatan seminar ini diharapkan mampu menggugah semangat dan memberikan dampak munculnya pemuda-pemuda yang memiliki kepekaan untuk menghargai jasa para pahlawan kita dalam memperjuangkan kemerdekaan. Semangat kepahlawanan juga diharapkan dapat mengubah karakter bangsa menjadi bangsa yang berani dalam menapap masa depan menuju kejayaan bangsa dan negara Indonesia. smh/sia/ana.
6 Mengamalkan Pancasila dan Peraturan Lainnya. Mengamalkan pancasila atau memahami makna pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan cara untuk menghargai jasa para pahlawan. Jangan lupa juga menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku, peraturan agaman, maupun juga budaya yang ada dalam masyarakat secara baik dan benar. Jadi
Setiap Warga negara harus bersatu padu dalam perjuangan mengisi kemerdekaan bangsa untuk mewujudkan cita-cita nasional sesuai dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 , yaitu? Mampu mengungguli bangsa-bangsa di benua lain dan menjadi negara superpower Negara yang merdeka bersatu, berdaulat, adil, dan makmur Bangsa yang kuat akan tercipta negara yang kuat Agar menjadi negara yang terpandang di dunia Semua jawaban benar Jawaban B. Negara yang merdeka bersatu, berdaulat, adil, dan makmur Dilansir dari Encyclopedia Britannica, setiap warga negara harus bersatu padu dalam perjuangan mengisi kemerdekaan bangsa untuk mewujudkan cita-cita nasional sesuai dengan pembukaan uud nri tahun 1945 , yaitu negara yang merdeka bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kita harus memelihara dan membina kerukunan hidup antar umat beragama, seperti? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.
Partisipasiberasal dari bahasa Inggris yaitu "participation" adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Meneruskan Cita-cita PahlawanDari sebagian besar keluarga pahlawan,TNI,dan kalangan lain nya berdatangan silih berganti ke pamakaman pahlawan pada setiap tanggal 10 November dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Kegiatan ini merupakan hal yang positif, terutama buat para generasi muda kita. Dan juga mengingatkan kembali bagi generasi muda bahwa sekarang kita ini sedang berada dalam satu kondisi hasil dari perjuangan para pahlawan, tanpa mereka belum tentu kita bisa seperti sekarang ini. Sudah umum menjadi kewajiban kita untuk meneruskan cita-cita perjuangan para pahlawan kita dengan cara membangun negeri ini dengan sebaik-baiknya dan meneladani kegigihan pantang mundur para pahlawan kita. Hal ini kita lakukan sebagai wujud penghormatan dan penghargaan kita terhadap jasa-jasa pahlawan. "Bangsa Yang besar, adalah Bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya". Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa meneladani semangat dan nilai kepahlawanan dengan menjadikan pahlawan sebagai pemuda Indonesia di kalangan pelajar marilah mulai memperdulikan perkembangan pendidikan demi kemajuan bangsa dan Negara kita sebagai tanda penghargaan pada para pahlawan agar dalam memperjuangkan bangsa tidak sia-sia. Sebagai para pemuda harus mempunyai cita-cita yang tinggi untuk meneruskan perjuangan para pahlawan dan meneladani sikap patriotisme dan rela berkorban yang telah dilakukan oleh para pahlawan. Pada momentum hari pahlawan ini marilah kita mengetahui, mengingati dan menjadi nilai-nilai perjuangan kita. Perjuangan generasi sekarang ini diisi dengan menghargai keragaman dan saling bersaing dalam kebaikan tetapi tetap menjaga kebersamaan dan saling menguatkan dalam persatuan dan kesatuan. Jadi walaupun para pejuang pahlawan kita gugur,namun perjuangan ini belum karena itu kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus bisa melanjutkan cita-cita pahlawan. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Bergerak mencapai tujuan dan cita-cita. Menuntut hak dan martabat perempuan. Kita perempuan muda Bali, jangan ketinggalan. Berjuanglah, memimpin perjuangan, emansipasi. Persamaan hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki. Dalam kehidupan, menjadi sama dan seimbang. Mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. Semoga Tuhan memberkati dan mengabulkan.
Bangsayangbesar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya . Partisipasi peserta didik dalam mewujudkan cita-cita perjuangan pahlawan adalah? a.mempersiapkan diri untuk mahir dalam bidang tertentu melaksankan kegiatan belajar dengan rajin supaya menjadi orang berguna mengadakan peringatan hari pahlawan di sekolah memberikan sumbangan kepada semua keluarga pahlawan mendoakan arwah
E Jurisprudensi. Question 8. 180 seconds. Q. Perhatikan pernyataan berikut: 1. Perjanjian Internasional sebagai sarana utama yang praktis bagi transaksi dan komunikasi antar subyek pelaksana perjanjian Internasional. 2. Perjanjian Internasional sebagai sumber hukum Internasional.
xEt3fF. vofe4kvznp.pages.dev/77vofe4kvznp.pages.dev/23vofe4kvznp.pages.dev/250vofe4kvznp.pages.dev/244vofe4kvznp.pages.dev/113vofe4kvznp.pages.dev/220vofe4kvznp.pages.dev/189vofe4kvznp.pages.dev/149
partisipasi siswa dalam mewujudkan cita cita perjuangan pahlawan adalah